Tubuh manusia adalah ‘mesin’ luar biasa yang terdiri dari struktur multiseluler kompleks. Tubuh membutuhkan vitamin, mineral dan nutrisi lain untuk melaksanakan fungsi tubuh secara optimal.
Tubuh yang sehat seperti benteng kuat, dengan mekanisme pertahanan sangat baik untuk mengatasi ancaman eksternal oleh patogen atau zat beracun. Mekanisme pertahanan ini disebut sistem kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan aktif mencegah bakteri, virus, jamur serta patogen berbahaya lainnya memasuki tubuh, serta memerangi patogen yang terlanjur memasuki tubuh.
Sistem kekebalan tubuh terdiri dari berbagai sel, jaringan dan organ yang bekerja sama untuk menjaga tubuh terlindungi dari patogen.
Organ Penyusun Sistem Kekebalan Tubuh
Jaringan dan organ utama yang terlibat dalam proses kekebalan tubuh terutama diklasifikasikan ke dalam organ limfoid primer dan sekunder.
Organ limfoid primer meliputi sumsum tulang dan timus, sedangkan organ limfoid sekunder meliputi kelenjar getah bening dan limpa.
> Sumsum Tulang
Sumsum tulang adalah tempat diproduksinya sel-sel darah, yaitu sel B, sel pembunuh alami, immature thymocyte, sel-sel darah merah dan trombosit.
Proses produksi sel darah disebut hematopoiesis.
> Timus
Timus merupakan lokasi di mana immature thymocyte bermigrasi dan berkembang menjadi sel T dewasa.
Dalam organ yang terletak di atas jantung ini, terjadi proses penghapusan selektif sel T yang menunjukkan aktivitas kekebalan yang justru melawan tubuh sendiri.
Dengan demikian, sel-sel T yang dirilis keluar dari timus memiliki kemampuan menyerang benda asing dan patogen, dan bukan menyerang sel atau jaringan tubuh sendiri.
> Kelenjar Getah Bening
Organ berbentuk kacang ini merupakan lokasi untuk penyaringan getah bening dan perangkap antigen.
Antigen disaring melalui kelenjar getah bening dan makrofag, dan sel dendritik menangkap antigen ini untuk kemudian mengirimkannya ke sel T dan B, sehingga membangkitkan respon kekebalan penuh.
> Limpa
Terletak di dalam rongga perut, organ berbentuk oval ini mengkhususkan diri dalam menyaring antigen dalam darah.
Limpa juga menjadi lokasi di mana interaksi antara antigen dan sel-sel kekebalan tubuh terjadi.
Organ ini memiliki jaringan yang diisi dengan sel B yang memproduksi antibodi untuk melawan antigen yang terperangkap Limpa juga berfungsi sebagai tempat daur ulang sel-sel darah merah tua.
Sel Sistem Kekebalan Tubuh
Limfosit adalah sel utama dari sistem kekebalan tubuh, dan bertanggung jawab untuk keragaman, spesifisitas dan penciptaan memori.
Limfosit dibantu dan diaktifkan oleh beberapa sel darah putih lainnya.
Berikut adalah sel-sel yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.
> Sel B
Sel-sel ini berkembang dan matang dalam sumsum tulang dan bertanggung jawab untuk sintesis protein yang disebut antibodi.
Sel B didefinisikan sebagai ‘protein yang secara khusus mengenali dan mengikat antigen tertentu’.
> Sel T
Sel-sel ini diproduksi di sumsum tulang, tetapi berkembang dan matang dalam timus (thymus).
Atas dasar molekul khusus yang hadir pada permukaannya, sel T terutama diklasifikasikan ke dalam sel helper T (sel Th) dan sel T sitotoksik (CTL).
Sel Th memiliki molekul yang disebut CD4 (cluster of differentiation 4), sedangkan CTL memiliki molekul yang disebut CD8 (cluster of differentiation 8).
Sel-sel T helper digunakan untuk memperkuat respon imun dengan mengeluarkan faktor khusus yang mengaktifkan sel-sel darah putih untuk menangkal infeksi.
Di lain sisi, CTL terlibat langsung dalam membunuh sel-sel tumor dan sel yang terinfeksi.
> Makrofag
Makrofag adalah sel-sel yang mampu ‘menelan’ partikel asing, virus, bakteri, parasit dll, untuk kemudian membunuhnya dan menyediakan antigen derivatif pada permukaan sel.
Sel-sel makrofag disebut antigen presenting cells (APC). Mereka tidak hanya membunuh patogen, tetapi juga ‘mendidik’ dan mengaktifkan sel-sel lain untuk juga melakukan respons kekebalan tubuh yang sama.
> Sel Dendritik
Sel ini juga berfungsi sebagai APC dan dianggap lebih efisien daripada makrofag ditinjau dari responnya terhadap antigen.
Sel dendritik menangkap antigen dan membawanya ke organ limfoid untuk memulai respon imun.
Selain itu, sel dendritik juga terlibat dalam memilih sel kekebalan yang reaktif terhadap tubuh dan mendorong mekanisme bunuh diri pada sel-sel tersebut.
> Sel Pembunuh Alami
Sel pembunuh bertugas membunuh sel tumor, sel yang terinfeksi virus seperti herpes, sel yang terinfeksi cytomegalovirus, serta sel-sel yang terinfeksi parasit.
Sel pembunuh alami dapat mengidentifikasi antigen asing dan patogen untuk kemudian dengan selektif menelan dan menghancurkannya.
> Granulosit
Granulosit adalah satu set sel darah putih yang ditandai dengan adanya butiran dalam sitoplasma dan inti lobular.
Sitoplasma granular memiliki warna berbeda, yang menjadi dasar klasifikasi mereka menjadi eosinofil (diwarnai dengan pewarna asam), basofil (diwarnai dengan pewarna basa) dan neutrofil (diwarnai baik dengan pewarna asam dan basa).
Neutrofil dan eosinofil menelan benda asing dan menghancurkan mereka menggunakan enzim perusak.
Basofil adalah sel nonfagosit dan bertanggung jawab untuk melepaskan zat aktif yang menimbulkan reaksi alergi.
Fakta Menarik tentang Sistem Kekebalan Tubuh
1. Sistem kekebalan tubuh memiliki penghalang non-spesifik dan penghalang spesifik untuk menangani partikel asing dan patogen.
Penghalang non-spesifik secara kolektif disebut ‘sistem kekebalan tubuh bawaan’ dan mencakup anatomi, fisiologi serta penghalang seluler.
Kulit dan selaput lendir berfungsi sebagai penghalang mekanik untuk mencegah masuknya patogen.
Penghalang fisiologis mengacu pada suhu tubuh, pH serta enzim dan protein khusus non-spesifik.
Respon non-spesifik seluler termasuk fagositosis dan reaksi inflamasi.
2. Reaksi imun spesifik yang terjadi di kelenjar getah bening, darah dan jaringan tubuh disebut ‘sistem kekebalan adaptif’, yang diperlukan ketika sistem bawaan gagal mencegah pertumbuhan atau masuknya benda asing.
Namun, sebagian besar mikroba umumnya sudah dibersihkan oleh sistem kekebalan tubuh bawaan.
3. Pada suatu waktu, sistem kekebalan tubuh mengalami fase ‘hyperdrive’ dan bereaksi tidak tepat terhadap antigen tertentu.
Kondisi ini disebut ‘hipersensitivitas’, dan mengarah ke reaksi alergi yang ditandai dengan kemerahan dan ruam di lokasi kontak serta bersin-bersin.
4. Terdapat empat fase respon imun: pengenalan, aktivasi, amplifikasi pertahanan, penyerangan, dan penciptaan memori.
5. Lingkungan memainkan peran penting dalam mempengaruhi respon kekebalan tubuh.
6. Zat beracun, polusi udara, pestisida dan asap rokok diketahui mempengaruhi sistem pertahanan tubuh.
7. Ritme sirkadian dan pola tidur juga mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh. Kurang tidur terbukti menurunkan jumlah dan fungsi leukosit.
8. Setiap mikroliter darah memiliki sekitar 4500 hingga 10000 sel darah putih, atau lebih dari 50 miliar sel di seluruh tubuh.
9. Seseorang mungkin kehilangan sekitar lima juta leukosit saat mendonorkan darah, namun masih cukup memiliki kekebalan tubuh yang baik.
10. Stres mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh normal termasuk pengurangan aktivitas sel NK, limfosit serta produksi antibodi.
Hal ini terjadi akibat pelepasan hormon stres seperti cortisol, norepinefrin dll.
Sistem kekebalan yang menurun membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi dan juga menyebabkan reaktivasi virus laten.
11. Aktivitas penghilang stres seperti pijat, teknik relaksasi dll tidak hanya membantu menghilangkan stres psikologis, tetapi juga membantu mempertahankan efisiensi sistem kekebalan tubuh.
12. Diet yang tidak sehat dan/atau rendah nutrisi juga menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh.
13. Latihan fisik terlalu berat (misal: angkat berat) membuat tubuh memproduksi lebih banyak kortisol dan adrenalin. Hormon-hormon ini mengganggu sementara fungsi kekebalan tubuh.
14. Sinar matahari dalam jumlah moderat membantu dalam produksi vitamin D, sedangkan terlalu banyak radiasi UV dari sinar mataheri akan menekan sistem kekebalan tubuh.
15. Setelah gigitan serangga atau nyamuk, biasanya akan timbul benjolan merah dan gatal pada kulit.
Ini adalah tanda sistem kekebalan tubuh sedang bekerja, dan bertindak terhadap benda asing yang masuk melalui air liur serangga.
16. Tertawa mampu menginduksi respon imun proaktif yang mengarah ke tubuh yang sehat.[]